Suatu malam, beberapa hari yang lalu, gue ngerasa bosen banget di kost sehingga hasrat untuk nongkrong membludak. Bermodalkan pulsa sms, gue pun mengirim pesan singkat ke temen kuliah yang berisi mengajak ketemuan di Qmeals, kafe kecil di daerah Ciumbuleuit, daerah dimana kost dan universitas saya berada. Tidak sampai 5 menit tawaran itu di terima. Kucar-kacir sebentar di kamar kost buat ngumpulin dompet dan laptop pun gue lakukan, kemudian dalam hitungan menit gue sudah sampai di Qmeals (cukup jalan kaki untuk mencapai tempat itu).
Di Qmeals gue ketemu seorang bule yang memang selalu ada di kafe itu dan dua orang gadis (entah masih atau ngga). Bule itu duduk di bar depan kasir seorang diri, sedangkan dua gadis itu duduk ngga jauh dari meja gue dan temen gue. Dari awal, gue emang udah ngeliat ada yang aneh, bayangin aja, dua gadis itu ke sebuah kafe kecil, kafe anak kuliahan pake dress yang balapan dengan celana dalam, serta riasan make up yang mengingatkan gue akan make up gue saat mau prom night. Tapi gue sih cuek aja, karena gue dan temen gue sepakat berpendapat kalo dua gadis itu hanya menjadikan Qmeals sebagai tempat transit sebelum ciao ke clubbing.
Sekitar satu jam-an gue sama temen gue ngobrol sambil menikmati sarana hotspot di kafe itu. Tapi tiba-tiba kita 'kehilangan' anggota nongkrong malam di Qmeals, yakni si bule dan seorang gadis itu. Tapi gue sih nyantai aja, soalnya jam sudah menunjukkan pukul 11 malam lewat, yang berarti "wajar mereka pulang".
"Gue ke toilet dulu ya." ucap gue ke temen gue seiring terasanya panggilan alam.
"Oke." Jawab temen gue yang masih asik dengan layar laptop-nya.
Gue berjalan sendiri, menerobos gelapnya malam menuju bilik toilet yang berada di luar kafe dan harus melewati lapangan parkir.
Gambaran singkat mengenai toilet:
Toilet-nya hanya ada satu bilik untuk berbagai jenis kelamin (cewek, cowok, di antaranya). Pintu toilet tersebut rapuh sehingga terlihat seolah tidak dikunci dan sangat tidak kedap suara.Untuk memastikan di dalam toilet ada orang atau tidak, gue mengetukan kuku jari telunjuk gue sebanyak tiga kali dengan kekuatan kecil. Terdengar suara grasak-grusuk lalu teriakan dalam Bahasa Inggris "
Wait a minute!". Oh ada yang jawab, berarti ada orang.
Setelah sekitar setengah menit, keluarlah bule yang tadi gue sangka menghilang.
Bule: "
Excuse me, where's the bus station?"
Gue: menatap mata bule tersebut lalu bertanya, "Huh?". Sumpah gue ngerti apa arti bahasa yang dia ucapkan, yang gue ngga ngerti tuh ngapain dia nanya bus station malem-malem.
Bule: menggaruk kepala "
I'm sorry... I'm so sorry."
Gue: Menatap manik mata si bule lagi lalu bertanya, "huh?". Sumpah
sorry doang mah gue ngerti, yang gue ngga ngerti dia ngapain minta maaf.
Bule: "Maaf", ucapnya dengan logat aneh.
Gue: baru mau ngomong 'huh?' lagi tapi ngga jadi karena bersamaan dengan itu keluarlah seorang gadis yang tadi juga menghilang sambil menunduk. "It's okay." ucap gue akhirnya dengan suara agak shock.
Di dalem toilet gue mengeluarkan apa yang harus di keluarkan dengan pikiran ngga konsen. Gue ngga mau pakai air di ember yang gue curiga bekas apaan tau.
Setelah selesai urusan di toilet, gue pun berjalan kembali ke dalam kafe dan mendengar sedikit pembicaraan dari si bule dan seorang gadis ber-rok super minimalis tersebut. Intinya, si bule minta maaf dan si gadis bilang 'tidak malam ini' dalam bahasa Inggris.
Karena gue udah keburu shock dan bingung, gue pun mengajak temen gue untuk menyudahi acara nongkrong dan ber-wifi-an kita. Dan for your information, keesokan harinya gue menyadari kalo bule tersebut adalah seorang student exchange di fakultas gue.
Sekian cerita bule toilet dari gue.
Cerita ini di alami nyata dan tanpa rekayasa serta di ceritakan ulang dengan keadaan sadar tanpa paksaan.
Moral: Kalo mau
do something jangan di WC umum kaleee...